RSS

Selasa, 19 Januari 2010

Maka, Ajarilah Aku Mencintai Kata

Maka, Ajarilah Aku Mencintai Kata

“… dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.”

(QS. Al Baqarah: 42)

Kata, tak ayal lagi bila kita menyebutnya sebagai awal dari pergerakan manusia. Melalui katalah manusia dapat melakukan komunikasi, mengetahui pikiran satu sama lain, menyingkap makna-makna yang bertebaran di alam jagad raya, serta aktivitas komunikasi lainnya.

Kata merupakan bayi yang terlahir dari rahim gagasan. Ia menjadi duta pemikiran manusia sebagai perwujudan dari eksekusi gugusan ide yang berotasi di dalam kepala mereka. Akan tetapi, pada gilirannya kata hanya akan menjadi budak dari kepentingan manusia yang sangat beragam. Tubrukan kepentingan inilah yang menyebabkan kata hanya beterbangan sebagai alat komunikasi yang begitu nisbi. Kecuali wahyu yang menjadi “tuhan” dari kata adalah absolut kebenaran serta pesannya, kata hanya mampu tunduk pada tuan yang mengendalikan rotasi peradaban ini. Sangat relatif.

Peran kata sebagai budak inilah yang lantas menyadarkan para tuan peradaban untuk memanfaatkannya secara liar. Kata tak lagi memiliki hak untuk menyerukan makna yang dikandungnya secara fundamental. Lihatlah bagaimana “teroris” melekat kuat pada kelompok HAMAS yang berjuang memerdekakan bangsanya sendiri. Begitu pula “bom Islam” mulai terdengar seiring dengan akselerasi yang dilakukan umat Islam di Pakistan melalui terobosan nuklirnya. Tak pernah sebelumnya kita mendengar sebutan “bom Yahudi” bagi Israel, maupun “bom Hindu” bagi India. Begitu pula masyhurnya sebutan “cicak” dan “buaya” yang mewakili KPK dan Polri.

Ah, tampaknya kata mulai kabur maknanya. Ia hanya akan disetir oleh penguasa yang tengah bertahta dalam singgasananya. Margin furqan pun telah lenyap diikuti antilogika para pembaca kata yang tidak cerdas dalam mengunyah kata-kata itu sendiri. Kata, pada akhirnya ia begitu kalah pada rekayasa sistemik yang kian berjarak dari al-haq.

Maka, ajarilah aku mencintai kata agar dapat mengeksekusi gagasan sesuai haknya. Menghadapi secara frontal kata-kata Barat yang begitu menyudutkan Islam. Mengkanter informasi ambigu yang dapat membingungkan umat. Menjadi titik tengah penyadaran dari perang ideologi dan arus liberalisasi yang begitu gencar menyembur. Maka, ajarilah aku mencintai kata…



Taken from : http://deraplangkahbiri.multiply.com

0 komentar:

Posting Komentar